Senin, 26 Desember 2011

Brahmacari


Urusaswaka. Kunang ikang sedeging, kagraastan
Suklabrahmacari tan pa stri sangkan rare tekang kapatinira.trsnabrahmacari ng atar keneng stri sedenging sumewakengguru, makamitta wedinirang wyawastikan dumulahaken kagurususrusa,harep wruha ri teges Sang Hyang Kabujangan mawang amerih ri kapurusanira. Sanghyang Balawidya, sistat nira,yan tarka : wyakarana jyotisa,salwiring agama, sista sang wiku. Kunang ri sedenging wayah nira mumungsi ring grahasta marabya ta sira tunggal, tan parabi sira muwah-muwah ri patining rabi nira. Ya trsnabrahmacari nga. Kunang ikang sewalabrahmacari, tan parabi sedenging gurusaswaka. Kunang ikang sedenging, kagrahastan, merabya ta sira sakaharep, ndan puterawrddhi denira, weruha ta sireng puja sanggama mwang kala – desa whikan ta sira ring yogya bharya rowanganira amrdhyaken puterasantana,mepanharya tuwi..

Artinya :
Suklabrahmacari adalah orang yang tidak kawin dari kecil sampai meninggal, trsnabrahmacari artinya orang yang tidak mengenal wanita dimasa ia belajar pda guru,Karena takut melanggar aturan pengabdian pada ilmu pengetahuan dan karena ia ingin mengetahui pelajaran-pelajaran lainnya, yaitu : tata bahasa,ilmu falak,hukum agama,dan hokum susila par pendeta.adapun setelah ia mencapai umur dewasa ia pulang kembali kerumahnya lalu kawin dengan seorang istri. Ia tidak akan kawin lagi walaupun istrinya sudah meningal. Inilah trsnabrahmacari namanya. Adapun yang dinamai sewalabrahmacari ialah tidak kawin sewaktu sedang menuntut ilmu. Tetapi setelah masa berumah tangga tiba maka ia boleh kawin beberapa kali hanya dengan maksud untuk mendaptkan keturunan dan juga ia tahu puja-puja senggama serta mengetahui pula waktu dan tempat yang patut untuk itu dan mengetahui pula siapa-siapa atau dari keluarga yang mana yang paut dikawininya untuk mendapatkan keturunan yan baik.
Mengenai nilai dari rahmacari itu, apakah sukla yang terbaik,atau sewala atau trsna, semuanya mempunyai nilai-nilai yang tinggi menurut tujuannya. Dalam hal ini kitab Adiparwa member contoh kedua macam brahmacari dengan tokoh-tokoh sang jaratkaru dan Bhagavan Bhisma.
Dalam Adiparwa (Bab V) diceritakan pertemuan sang jaratkaru degan roh leluhurnya yang hamper jatuh ke neraka. Leluhurnya berkata :
Nahan ta hetu mami n pegat sangkeng pitraloka, magantungan petung sawulih, kanken tibeng narakaloka ; tatwanikang petung sawilih, hana wmangsa mami sasiki, jaratkaru, ngaranya, ndan moksa wih taya, mahyun luputeng sarwa janmabandhana,ta tan pasastri, ya sukla brahmacari.
Artinya :
Beginilah sebabnya mengapa saya putus hubungan dengan dunia roh,kini tergantung pada sebilah bamboo, hamper-hampir jatuh kea lam neraka. Adanya sebilah bamboo ini ialah bahwa saya masih mempunyai seorang keturunan yang bernama jaratkaru, (tetapi) ia berkepentingan untuk mencari moksa melepaskan diri dari ikatan hidup kemanusiaan.ia tidak mau kawin, ia menjalankan sukla brahmacari.
Kata-kata leluhurnya ini dijawab oleh sang jaratkaru :
 Hana n pwa marganta muliheng swarga, tan sangsaya rahadyan sang hulun kabeh, marya nghulun bramacarya,ametanakbipanaka ni nghulun.
Artinya :
Ada jalan untuk tuan pergi ke sorga. Janganlah tuan ragu dan takut. Hmba akan berhenti menjalankan brahmacari hamba akan kawin dan mempunyai anak.

Kemudian dalam kitab adiparwa (Bab XII) diceritakan lagi bagaimana bhagavan Bisma mempertahankan kebrahmacariannya walaupun I diminta kawin oleh ibunya,sang gandawati. Dia diminta untuk mengawini iparnya yang janda, yaitu dewi ambika,dewi ambalika dan juga sebelumnya dengan dewi amba, tetapi dia tidak bersedia.
Dikisahkan :
Sumahur sang bhisma : “ ibuwihikan nghulun pakem adharma pangutus rahadyan sanghukun. Kunang yan hana pratijna ni nghulun gumawayakna ng tapa kebrahmacaryan, ring apa wenanganya tan satyawacana.
Artinya :
Jawab sang bhisma, “ ibu, maafkan hamba tau apa yang ibunda perintahkan kepada anaknya adalah adharma(bertentangan dengan kewajiban suci) dan lagi jika anaknda sudah membuat janji untuk menjalankan sumpah brahmacari,betapa anaknda akan dapat melanggar janji itu.”
Disini ternyata bahwa bagi bhagavan Bhisma kesetiaan pada janji (satyawacana) mengatasi segala-galanya.

 
Template designed using TrixTG