Pura Luhur Natar Sari Apuan
Stana Sang Hyang Siwa Pasupati, Tempat ”Paruman” Barong

Pura Natar Sari terletak di perkampungan — Desa Apuan, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, sekitar 40 km utara Denpasar. Di pura ini
terdapat pelawatan Ida Batara sejenis wayang wong yang memakai figur dan
topeng wayang seperti Rahwana, Hanoman, Sugriwa, Anila dan dua
punakawan Sangut dan Delem. Figur-figur pelawatan itu berjumlah
sembilan.
Dalam Purana Pura Luhur Natar Sari yang ditulis K. Sudarsana dan I
Wayan Widarsana, S.Sos. disebutkan, tapakan berjumlah sembilan itu
disebut Nawa Sangga atau Gunung Sia adalah perwujudan atau manifestasi
Tuhan dalam bentuk Dewata Nawa Sangga yang disimbolkan dengan tokoh
pewayangan.
* Anoman, warnanya putih merupakan perlambang Dewa Iswara bersenjata
bajra.
* Anggada, warnanya dadu merupakan perwujudan Sang Hyang Maheswara.
* Singajnana warnanya merah lambang Dewa Brahma.
* Sugriwa warnanya jingga perlambang Dewa Rudra,
* Sangut atau Ratu Ngurah Ketut warnanya kuning perlambang Dewa Mahadewa.
* Anila warnanya hijau perlambang Dewa Sangkara.
* Delem atau Ratu Ngurah Made warnanya kehitam-hitaman perwujudan Dewa Wisnu.
* Sempati warnanya abu-abu perlambang Dewa Sambu dan
* Rahwana atau Ratu Ngurah Sakti Ngawa Rat dengan warna mancawarna perwujudan Dewa Siwa.
* Anggada, warnanya dadu merupakan perwujudan Sang Hyang Maheswara.
* Singajnana warnanya merah lambang Dewa Brahma.
* Sugriwa warnanya jingga perlambang Dewa Rudra,
* Sangut atau Ratu Ngurah Ketut warnanya kuning perlambang Dewa Mahadewa.
* Anila warnanya hijau perlambang Dewa Sangkara.
* Delem atau Ratu Ngurah Made warnanya kehitam-hitaman perwujudan Dewa Wisnu.
* Sempati warnanya abu-abu perlambang Dewa Sambu dan
* Rahwana atau Ratu Ngurah Sakti Ngawa Rat dengan warna mancawarna perwujudan Dewa Siwa.
Pewayangan Ida Batara tersebut merupakan manifestasi Sang Hyang Siwa
Pasupati — Tuhan Yang Mahakuasa.
Di pura yang satu areal dengan Pura Puseh Desa Adat Apuan dan
Jelantik ini terdapat sejumlah pelinggih. Pelinggih yang digunakan untuk
memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widi Wasa adalah Padmasana (Padma
Lingga). Padmasana tinggi besar itu berdiri menghadap ke selatan,
berdampingan dengan Padma Tiga dan Gedong Simpen. Di atas Padmasana
ditempatkan sebuah batu hitam berisi tapak tangan (kara tala). Di
utamaning mandala pura juga terdapat pelinggih Padma Tiga, pesimpangan
Pura Dalem Peed, pesimpangan Pura Batu Bolong, Pesimpangan Pura Pucak
Padang Dawa, Pura Ulun Danu, Pesimpangan Pura Jati dan sebagainya.
Pelingih lainnya berupa Papelik, Gedong Simpen, Bale Pawedan, Bale
Pemayasan, Meru Tumpang Tiga, Panglurah, dan sejumlah Bale Paruman.
Pura Luhur Natar Sari memiliki keterkaitan dengan Pura Pucak Padang
Dawa (juga di wilayah Kecamatan Baturiti). Pura Pucak Padang Dawa
merupakan payogan Ida Batara yang distanakan di Pura Luhur Natar Sari.
Atau, Pura Natar Sari merupakan penataran dari Pura Pucak Padang Dawa.
Hal itu dikuatkan oleh uger-uger atau bukti-bukti di antaranya, jika
tapakan Ida Batara Pura Natar Sari akan melancaran/ lunga/ ngunya ke
jaba kuta, pertama-tama mesti makolem — napak pertiwi/ mayasa di payogan
Ida Batara di Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Bukti lainnya, pemangku
Pura Penataran Agung Pucak Padang Dawa dan pemangku Pura Dalem Purwa
Pucak Padang Dawa berasal dari Apuan. Apit lawang pada kebanyakan pura
di Bali berupa pelinggih, namun di Pura Pucak Padang Dawa berupa manusia
hidup yang berasal dari Desa Apuan — yang pratisentana-nya masih ada
sampai sekarang.
Bukti lainnya, pada saat pujawali ageng di Pura Luhur Natar Sari,
wajib ngunggahang upakara (banten) di Pura Penataran Agung Pucak Padang
Dawa. Selain memiliki keterkaitan dengan Pura Pucak Padang Dawa, Pura
Luhur Natar Sari juga terkait dengan Pura-pura lain. Misalnya:
* Pura Pucak Peninjauan di Banjar Tampakkarang Apuan,
* Pura Bakungan di Banjar Uma Poh,Desa Bangli-Baturiti,
* Pura Pucak Sari Nadi-Baturiti,
* Pura Batu Lumbang di Desa Sandan-Baturiti,
* Pura Bukit Sari Baturiti,
* Pura Gunung Lebah di Banjar Tegeh-Angseri,
* Pura Paruman di Belayu-Marga,
* Pura Puser Tasik-Marga,
* Pura Batu Bolong Canggu-Badung,
* Pura Pucak Sangkur di Candi Kuning, dan
* Pura Dalem Peed-Klungkung.
* Pura Bakungan di Banjar Uma Poh,Desa Bangli-Baturiti,
* Pura Pucak Sari Nadi-Baturiti,
* Pura Batu Lumbang di Desa Sandan-Baturiti,
* Pura Bukit Sari Baturiti,
* Pura Gunung Lebah di Banjar Tegeh-Angseri,
* Pura Paruman di Belayu-Marga,
* Pura Puser Tasik-Marga,
* Pura Batu Bolong Canggu-Badung,
* Pura Pucak Sangkur di Candi Kuning, dan
* Pura Dalem Peed-Klungkung.
Pura Natar Sari terkait pula dengan
* Pura Pucak Anyar–
* Pesimpangan Pura Pucak Pengungangan-Baturiti,
* Pura Taman Sari di Banjar Apit Yeh-Baturiti,
* Pura Jemeng di Banjar Pinge-Marga,
* Pura Purusadha (Pura Sada) Kapal-Badung,
* Pura Bukit Gede Poyan Luwus-Baturiti,
* Pura Panti Apuan,
* Pura Bencuing-Kukub-Perean,
* Pura Pucak Tinggan-Angseri Tabanan,
* Pura Penataran di Banjar Sandan-Baturiti,
* Pura Taman Ayun-Mengwi Badung,
* Pura Tri Kahyangan Desa Adat Apuan-Jelantik Baturiti Tabanan,
* Pura Bukit Sari Apuan Tabanan,
* Pura Puseh Desa Adat Tua-Marga Tabanan,
* Pura Pucak Rinjani-Baturiti Tabanan,
* Pura Jati, Batur, Kintamani-Bangli,
* Pura Campuan Ubud-Gianyar,
* Pura Kekeran Manik Gunung,
* Pura Katik Lantang Ubud Gianyar, dan
* Pura Puseh Gelagah-Marga Tabanan.
* Pesimpangan Pura Pucak Pengungangan-Baturiti,
* Pura Taman Sari di Banjar Apit Yeh-Baturiti,
* Pura Jemeng di Banjar Pinge-Marga,
* Pura Purusadha (Pura Sada) Kapal-Badung,
* Pura Bukit Gede Poyan Luwus-Baturiti,
* Pura Panti Apuan,
* Pura Bencuing-Kukub-Perean,
* Pura Pucak Tinggan-Angseri Tabanan,
* Pura Penataran di Banjar Sandan-Baturiti,
* Pura Taman Ayun-Mengwi Badung,
* Pura Tri Kahyangan Desa Adat Apuan-Jelantik Baturiti Tabanan,
* Pura Bukit Sari Apuan Tabanan,
* Pura Puseh Desa Adat Tua-Marga Tabanan,
* Pura Pucak Rinjani-Baturiti Tabanan,
* Pura Jati, Batur, Kintamani-Bangli,
* Pura Campuan Ubud-Gianyar,
* Pura Kekeran Manik Gunung,
* Pura Katik Lantang Ubud Gianyar, dan
* Pura Puseh Gelagah-Marga Tabanan.
Tahun 2004 di Pura ini sempat digelar Karya Agung Mamungkah lan
Ngenteg Linggih mengambil tingkatan utamaning utama. Pujawali di
Kahyangan Jagat yang bertepatan dengan rerahinan Tumpek Krulut ini,
selalu ngerawuhin barong dalam jumlah yang banyak. Demikian pula pada
pujawali Sabtu (8 maret 2008) lalu, 27 tapakan barong yang menjadi
sungsungan ribuan umat Hindu di lima kabupaten — Tabanan, Gianyar,
Badung, Bangli dan Jembrana — hadir mengikuti prosesi upacara yang dalam
bahasa umat setempat disebut katuran.
Dalam prosesi katuran, seluruh Tapakan Ratu Gede napak pertiwi.
Sesuhunan di Pura Luhur Natar Sari — Ida Batara Nawa Sanga dan semua
Tapakan Ratu Gede — diturunkan dari Bale Paruman, Bale Tiang Sanga dan
Bale Pemayasan guna napak pertiwi. Para penyungsung mundut Ida Batara
selama upacara katuran yang berlangsung sekitar dua jam. Para pamedek
saling bergantian mundut Ida Batara, menambah eratnya rasa persaudaraan
(penyamabrayan). Para pemangku dari berbagai desa pakraman bahu-membahu
ngaturang ayah. Mereka mengantarkan umat ngaturang bakti ke hadapan
Hyang Widi, guna memohon kerahayuan jagat.
Setelah katuran selesai Ida Tapakan Ratu Gede kembali distanakan di
Bale Paruman. Beberapa di antaranya lalu dipentaskan (masolah). Para
pamedek sama-sama menyaksikan pergelaran tari wali tersebut.
Prosesi ritual seperti itu sesungguhnya berdimensi religius sekaligus
sosial-budaya. Artinya, masyarakat Hindu dari berbagai daerah selain
terlibat dalam proses ritual dalam rangka memohon kerahayuan jagat, juga
menyatu dalam kebersamaan, mempererat tali kekerabatan, berinteraksi
membangun kesadaran beragama dan melestarikan budaya.