Beberapa orang mungkin
akan heran dan menganggap saya orang gila,ketika saya bertanya , “menurutmu
Tuhanmu termasuk kata sifat,kata kerja,kata benda.keterangan atau kata apa?”
Wah,serentak pasti
setelah membaca pertanyaan ini semua yang memperdalam tentang ketuhanan akan
tergelitik.bagaimana tidak,Tuhan yang sering kita sebut,kita jadikan bahan
pembicaraan kita jadikan obyek doa, mau tak mau harus dimengerti sedemikian
rupa,agar kita tak pernah menganggap tuhan adalah obyek yang benar-benar
terbahasakan. Dalam Hindu, Brahman adalah neti-neti,tidak begini dan tidak
begitu.artinya tiada apapun di dunia ini merupakan diri Nya.
hmm,diriNya? apakah
Tuhan berpribadi? Ia benar beliau berpribadi,tapi juga sekaligus tidak
berpribadi.jadi apakah Brahman bisa dibahasakan? Tentu tidak.karena Tuhan
melampaui bahasa.artinya bagaimanapun kita membahasakan Tuhan tidak akan pernah
tepat. Tapi apakah Tuhan bisa dilihat? Bisa,dalam wujud Sagunam Brahman.
Ok,clear untuk Hindu,
Tapi bagaimana dengan
ajaran lain?
Jika tuhan masih bisa
dibahasakan seperti saat ini,pertanyaannya,apakah Tuhan adalah Subyek?Obyek?,Predikat?,
Keterangan?
Kita telaah satu
persatu. Misalnya kalimat, “saya mengambil batu di kali”
1.
“Saya” adalah subyek
2.
“mengambil” adalah predikat
3.
“batu” adalah obyek
4.
“ di kali” adalah keterangan tempat
Nah
jika salah satu dari keempat kata itu kita gantikan dengan kata “Tuhan” menurut
anda yang manakah paling tepat?
1. Tuhan
sebagai subyek ?
2. Tuhan
sebagai obyek?
3. Tuhan
sebagai predikat?
4. Tuhan
sebagai keterangan?
Kembali Jika saya harus menjawab yang
mana yang benar antara keempat pilihan tadi ,akan Saya jawab : Tuhan tak terfikirkan(dengan
Indriya biasa)
Tapi bagaimana dengan agama lainnya. Menurut
saya sama saja. Saya ambil contoh dalam Islam. Namun Dalam Islam ada sedikit
perbedaan dalam konsep ketuhanan.
Dalam Islam Allah adalah Dzat. Dzat
sendiri dilarang untuk difikirkan.
Rujukan :
Kata Dzat yang disandarkan pada Allah kita ketemukan pada sabda Nabi
saw, "Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi" (=
berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah tapi jangan berpikir mengenai DzatNya).
Berpikir tentang ciptaan Allah akan menyadarkan kita bahwa Allah itu
ada; eksistensi Allah itu nyata.
Tapi jangan sampai kita berpikir tentang Dzat Allah atau sosok
Allah. Mengapa? Kita tak akan pernah mampu.
Inilah sesuatu yang hampir sama
tapi berbeda persepsi. Dalam Hindu para Rsi bisa melihat Sagunam Brahman dengan
mata bathinnya,bahkan dahulu kala dalam Mahabratha beberapa orang suci
diperlihatkan Visvarupa Tuhan .Tuhan memang tak terfikirkan secara logika,namun
bisa dilihat oleh mata batin para orang suci. bertolak dari hal itu, sekali tak
ada larangan untuk memikirkan beliau. Karena larangan itu akan menghambat Jnana
marga kita.
Om Santih,Santih,Santih Om