Minggu, 08 Januari 2012

Siapakah Tuhan? Dan Bolehkah kita memikirkannya?


Om Svastyastu

Beberapa orang mungkin akan heran dan menganggap saya orang gila,ketika saya bertanya , “menurutmu Tuhanmu termasuk kata sifat,kata kerja,kata benda.keterangan atau kata apa?”

Wah,serentak pasti setelah membaca pertanyaan ini semua yang memperdalam tentang ketuhanan akan tergelitik.bagaimana tidak,Tuhan yang sering kita sebut,kita jadikan bahan pembicaraan kita jadikan obyek doa, mau tak mau harus dimengerti sedemikian rupa,agar kita tak pernah menganggap tuhan adalah obyek yang benar-benar terbahasakan. Dalam Hindu, Brahman adalah neti-neti,tidak begini dan tidak begitu.artinya tiada apapun di dunia ini merupakan diri Nya.

hmm,diriNya? apakah Tuhan berpribadi? Ia benar beliau berpribadi,tapi juga sekaligus tidak berpribadi.jadi apakah Brahman bisa dibahasakan? Tentu tidak.karena Tuhan melampaui bahasa.artinya bagaimanapun kita membahasakan Tuhan tidak akan pernah tepat. Tapi apakah Tuhan bisa dilihat? Bisa,dalam wujud Sagunam Brahman.

Ok,clear untuk Hindu,

Tapi bagaimana dengan ajaran lain?

Jika tuhan masih bisa dibahasakan seperti saat ini,pertanyaannya,apakah Tuhan adalah Subyek?Obyek?,Predikat?, Keterangan?

Kita telaah satu persatu. Misalnya kalimat, “saya mengambil batu di kali”

1.      “Saya”  adalah subyek

2.      “mengambil” adalah predikat

3.      “batu” adalah obyek

4.      “ di kali” adalah keterangan tempat



Nah jika salah satu dari keempat kata itu kita gantikan dengan kata “Tuhan” menurut anda yang manakah paling tepat?



1.      Tuhan sebagai subyek ?

2.      Tuhan sebagai obyek?

3.      Tuhan sebagai predikat?

4.      Tuhan sebagai keterangan?

  
Kembali Jika saya harus menjawab yang mana yang benar antara keempat pilihan tadi  ,akan Saya jawab : Tuhan tak terfikirkan(dengan Indriya biasa)



Tapi bagaimana dengan agama lainnya. Menurut saya sama saja. Saya ambil contoh dalam Islam. Namun Dalam Islam ada sedikit perbedaan dalam konsep ketuhanan.

Dalam Islam Allah adalah Dzat. Dzat sendiri dilarang untuk difikirkan.



Rujukan :

Kata Dzat yang disandarkan pada Allah kita ketemukan pada sabda Nabi saw, "Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi" (= berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah tapi jangan berpikir mengenai DzatNya).

Berpikir tentang ciptaan Allah akan menyadarkan kita bahwa Allah itu ada; eksistensi Allah itu nyata.

 Tapi jangan sampai kita berpikir tentang Dzat Allah atau sosok Allah. Mengapa? Kita tak akan pernah mampu.


Inilah sesuatu yang hampir sama tapi berbeda persepsi. Dalam Hindu para Rsi bisa melihat Sagunam Brahman dengan mata bathinnya,bahkan dahulu kala dalam Mahabratha beberapa orang suci diperlihatkan Visvarupa Tuhan .Tuhan memang tak terfikirkan secara logika,namun bisa dilihat oleh mata batin para orang suci. bertolak dari hal itu, sekali tak ada larangan untuk memikirkan beliau. Karena larangan itu akan menghambat Jnana marga kita.


Om Santih,Santih,Santih Om






 
Template designed using TrixTG